Powered By Blogger

Sabtu, 06 November 2010

Hama Pada Tanaman Perkebunan dan Hortikultura

 
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PENGENALAN SERANGAN HAMA
Hama Pada Tanaman Perkebunan dan Hortikultura








Oleh
ARIF HENDRA MUSTHOFA
E 281 08 006













JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009

I.  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan-golongan yang lebih kecil yang disebut Kelas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).
Hortikultura merupakan budidaya tanaman setahun atau semusim seperti tanaman sayuran, tanaman buah dan tanaman hias. Sedangkan Perkebunan merupakan budidaya tanaman tahunan yang dapat dipanen berkali-kali seperti cengkeh, jeruk dan sebagainya.
Hama Tanaman Hortikultura dan Perkebunan merupakan hama yang menyerang tanaman hortikultura dan perkebunan baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga menimbulkan kerugian ekonomis bagi manusia. Gejala serangan yang disebabkan hama tanaman pangan yaitu dapat merugikan secara eksternal maupum internal.

1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui ciri-ciri morfologi dari serangga yang menjadi hama pada tanaman hortikultura dan perkebunan.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui bagian-bagian morfologi serta gejala serangan dari serangga yang menjadi hama pada tanaman hortikultura dan perkebunan.
II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Kutu Putih pada Daun Mangga (Pseudococcus sp.)
Kutu berbentuk oval, datar, tertutup lapisan tebal seperti lilin, sering hinggap di daun dan menghisap cairan sel daun. Akibat serangan kutu tersebut, pada daun terdapat bercak kuning kotor. Kutu putih ini merusak penampilan buah mangga. Kutu muda hidup dan menghisap cairan kelopak bunga, tunas, atau buah muda. Kutu dewasa mengeluarkan semacam tepung putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Pada fase dewasa, kutu putih mengeluarkan sejenis cairan gula yang biasanya cairan gula tersebut akan didatangi oleh semut hitam. Pengaruh kutu putih, jelaga hitam dan semut ini membuat penampilan buah jelek;  walaupun sebenarnya rasa buah tidak terlalu dipengaruhi (Anonim, 2008).
Hama yang sering mengganggu tanaman mangga adalah kutu tanaman. Kutu tanaman mengeluarkan embun madu yang sangat disukai oleh semut.  Oleh karena itu di mana ada kutu putih tanaman maka di situ biasanya ada semut (Nasution, 2007).
Pengendalian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara kultur teknis dengan mengurangi kepadatan tajuk agar tidak terlalu rapat dan saling menutupi dan mengurangi kepadatan buah. Selanjutnya dengan cara kimiawi mencegah semut dengan memberi kapur anti semut. (Anonim, 2008).



2.2  Lalat Buah (Dacus sp.)
Gejala serangan yang ditimbulkan Lalat Buah (Dacus sp.) buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengendalian dapat dilkukan dengan cara mengumpulkan buah yang telah busuk kemudian dimusnahkan/dibakar (Aries, 2009).
Gejala serangan lalat buah (Dacus sp.) ditandai dengan adanya bintik hitam kecil dipangkal buah. Ini bekas tusukan lalat untuk memasukkan telur. Setelah menetas, larva (belatung) hidup di dalam buah sampai busuk dan buah rontok, kalau dibelah, tampaklah biji cabai yang hitam. Biasanya juga ada belatung. Sang belatung akan melenting ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda. Telur hama ini berwarna pucat, bentuk memanjang dan agak membengkok diletakkan pada lubang kecil di bawah permukaan kulit buah pada semua tingkatan buah. Lalat meletakkan telur tersebut dengan menggunakan ovipositornya yang runving. Jumlah telur yang diletakkan sekitar 7 butir. Dalam lingkungan yang baik telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Kepompong berwarna coklat berbentuk seperti tong berada di bawah permukaan tanah. Stadium kepompong ini berlangsung selama kurang dari 2 minggu tergantung dari kebasahan tempat atau tanah tempat kepompong berada. Lalat sayapnya transparan dengan corak dekat tepian sayap terdapat pita yang berwarna hitam. Dada bagian depan berwarna coklat. Lalat tersebut dapat hidup selama 2 sampai 3 bulan (Aripin, 2003).
2.3  Ulat Buah Tomat  (Helicoverpa armigera)
Ciri-ciri dari larva Helicoverpa armigera panjang ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah. Warna ulat bervariasi dari hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada badan ulat bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda. Pada tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu. Telur berbentuk bulat berwarna kekuning-kuningan mengkilap dan sesudah 2-4 hari berubah warna menjadi coklat. (Anonim, 2008).
Larva Helicoverpa armigera ini menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang pada buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada umumnya terkena infeksi sehingga buah menjadi busuk lunak. (Anonim, 2008).
Pengendalian dapat dilakukan dengan  memasang perangkap pada cahaya ultraviolet karena ngengat Helicoverpa armigera tertarik pada cahaya ultraviolet  sehingga. Selanjutnya telur dan ulat dapat dikumpulkan dan dibakar atau dimatikan. Cara yang berikutnya dapat dilakukan dengan menanam jagung ditepi kebun untuk mengurangi serangan pada tanaman tomat. Dan kemudian membersihkan tanaman liar disekitar areal pertanaman tomat (Anonim, 2008).
2.4  Larva Spodoptera exigua
Imago Spodoptera exigua berupa ngengat berwarna putih gelap atau kelabu dengan titik kuning pada sayap depan. Telurnya berwarna hijau atau kuning terang diletakkan pada malam hari pada daun bawah dalam bentuk kluster yang masing-masing terdiri dari 50-150 butir telur yang ditutupi bulu-bulu halus berwarna putih atau putih kekuning-kuningan. Telur umumnya menetas dalam waktu 2-5 hari. Instar pertama dan kedua umumnya makan secara berkelompok (gregariously) pada bagian dalam daun muda dengan membentuk gejala khas berupa membran putih transparan atau lubang masuk (windowing).  Larva berbentuk bulat panjang dengan ukuran instar akhir antara 2,5-3,0 cm, memiliki variasi warna yang sangat banyak (polimorfisme) dari berwarna hijau sampai hitam pekat, dengan cirri khas berupa garis memanjang (longitudinal stripes). Pupanya berwarna coklat terang atau coklat gelap berada di dalam tanah di bawah tanaman yang terserang (Samsudin, 2008).
Ulat Spodoptera exigua memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir dan dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida (Aries, 2009).
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memusnahkan kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman. Dan dengan cara “pithesan” yaitu mengambil ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati (Aries, 2009).
      
2.5  Kutu Putih pada Daun Cabai (Aphis gossypii)
Kutu Putih (Aphis gossypii) berkembangbiak dengan cara melahirkan anaknya, karena memang serangga ini partenogenesis, yaitu sel telur dapat menjadi individu baru tanpa dibuahi. Setiap kutu dewasa dapat melahirkan anak sampai 50 perminggu. Nimfa yang baru dilahirkan akan menjadi dewasa setelah berumur enam hari dan seterusnya ia bisa melahirkan turunannya. Serangga kutu di atas terjadi pada awal musim kemarau,yaitu pada saat udara kering, dan suhu tinggi. Bagian tanaman yang diserang biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Serangga ini akan menggerombol disitu, sehingga ia mampu menutupi bagian pucuk tanaman. Daun yang diserang akan mengerut, pucuk mengeriting dan melingkar sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan berat, selain tanaman menjadi keriting, juga membuat tanaman tertutup lapisan hitam dari cendawan jelaga. Cendawan ini menghalangi butir hijau daun (klorofil) untuk mendapatkan sinar matahari sehingga proses fotosintesa pada tanaman menjadi terganggu, sehingga lama-lama bisa mati (Aripin, 2003).
Tanaman yang terserang, daunnya akan mengeriting karena cairan dalam daun dihisap oleh hama ini. Pada serangan hebat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman mengerdil. Hama ini juga merupakan vektor (pembawa) penyakit virus. Hama dapat mengeluarkan kotoran "embun madu', sehingga kadang pada tanaman yang terdapat banyak kutu ini akan ditemui semut-semut yang akan memamfaatkan kotorannya. Embun madu yang dapat menjadi media tumbuhnya jamur jelaga yang dapat menutupi daun dalam proses fotosintesa (Anonim, 2008).
Pengendalian Kutu Putih (Aphis gossypii) dapat dilakukan dengan menggunakan parasitoid Aphelinus gossypi (Timberlake), Lysiphlebus testaceipes (Cresson) dan predator Coccinella transversalis serta cendawan entomopatogen Neozygitesfresenii. (Deasy, 2008).

2.6  Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella)
Ulat tritip (Plutella xylostella) memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara “pithesan” yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati (Lubis, 2004).
Ulat daun kubis (Plutella xylostella L.) merupakan hama penting pada tanaman kubis. Serangan hama ini dapat menurunkan produksi karena tanaman kubis tidak dapat membentuk krop. Salah satu teknik pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan ulat daun kubis adalah dengan menggunakan pestisida botani yaitu ekstrak biji sirsak (Annona muricata). (Anonim, 2009).
2.7  Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)
Penggerek buah kakao atau yang nama latinnya Conopomorpha cramerella tergolong serangga hama yang sulit dikendalikan. Hama ini biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao. Setelah telur menetas dan menjadi larva. Larva inilah yang menjadi biang kerusakan pada buah coklat karena dia akan segera membuat lubang ke dalam buah setelah menetas. Perilaku ini dimaksudkan agar terhindar dari pemangsa (predator). Larva yang masuk ke dalam buah akan tinggal pada biji atau plasenta (saluran makanan) (Hase, 2008).
 Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi (Anonim, 2008).
Di dalam buah, larva akan menggerek daging buah kakao tepat di bawah plasenta. Bahkan bagian diantara biji serta plasentanya pun ikut digerek, sehingga bila kita mengelopakkan kulit buah akan tampak lubang berwarna merah muda yang berliku-liku di dalam buah. Jadi, dengan adanya serangan PBK pada buah ini sedikit banyak akan menyebabkan biji gagal berkembang, biji dalam buah saling melekat, bentuknya kecil dan ringan (Hase, 2008).
Pengendalian Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) dilakukan dengan cara karantina yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK. Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen. Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam. Penyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan menggunakan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 % (Anonim, 2008).

2.8  Kumbang Kelapa (Oryctes rynoceros)
Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rynoceros) yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva dewasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan, bahkan adapula yang mencapai 2-4 bulan lamanya. Stadium larva terdiri dari 3 instar yaitu instar I selama 11-21 hari, instar II selama 12-21 hari dan instar III selama 60-165 hari (Rio, 2009).
Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala. Pada bagian atas berwarna hitam mengkilat, bagian bawah coklat merah tua. Panjangnya 3-5 cm. Tanduk kumbang jantan lebih panjang dari tanduk betina (Rio, 2009).
Oryctes Rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa. Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Kumbang dewasa terbang ke pucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat, kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun mudah yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa Oryctes rhinoceros. Bila serangan sampai merusak titik tumbuh maka kelapa tidak dapat membentuk daun baru lagi yang akhirnya mati. Luka akibat serangan Oryctes rhinoceros mengakibatkan terjadinya serangan sekunder dari kumbang sagu (Rhynchophorus sp.) (Rio, 2009).
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menebang, membakar, atau membelah pohon-pohon kelapa yang mati, sarang-sarangnya dibakar sedalam 20 cm, pelepah daun kelapa dibersihkan setiap menurunkan buah, kumbang yang ditemukan dibunuh atau dicungkil keluar dari lubangnya. Penggunaan kelapa mati yang dibiarkan tegak merupakan cara yang cukup efektif untuk pengendalian hama ini. Pengendalian dengan sistem ini dapat dilakukan bersama-sama dengan pengendalian lain yaitu dengan cendawan                  Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes, sehingga larva yang berada dalam tegakan tersebut akan terinfeksi oleh cendawan ataupun virus (Rio, 2009).

2.8  Belalang Pedang (Sexava sp.)
Hama Sexava sp. merupakan serangga asli Indonesia yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman kelapa terutama daerah-daerah tertentu di Kawasan Indonesia Timur.  Nimfa dan imago menyerang daun, bunga betina dan buah muda sehingga secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi produksi kelapa. Hama Sexava sp. memakan anak daun mulai dari pingggir ke bagian tengah. Kadang-kadang dimakan sebagian atau sampai ke lidi. Bekas gigitan biasanya tidak rata. Serangan berat, terlihat pada pelepah daun bagian bawah tinggal lidi saja (Anonim, 2008).
Imago berwarna hijau, antena merah muda dan matanya abu-abu. Bentuknya hampir sama dengan Sexava coriacea. Alat peletak telur (ovipositor) berwarna hijau pada bagian pangkalnya yaitu sepertiga dari panjang ovipositor, sepertiga lagi berwarna kemerahan dan bagian ujungnya berwarna hitam. Panjang imago betina (kepala+badan+ovipositor) antara 9,5–10,5 cm. Panjang ovipositor 3–4,5 cm dan panjang antena 16 cm. Panjang imago jantan 6–9,5 cm dan antenanya 14-16 cm (Anonim, 2007).
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengendalikan  Belalang Pedang (Sexava sp.) yaitu dengan cara  melepaskan parasitoid telur Leefmansia bicolor telah dikenal secara luas. Penerapan peraturan karantina untuk mencegah penyebaran hama. Dan pembakaran sampah dan rumput diantara tanaman kelapa serta pengolahan tanah disekitar pangkal batang (Hutapea, 2007).
III.  METODOLOGI
3.1  Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum tentang Pengenalan Serangga Hama Tanaman Hortikultura dan Perkebunan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Pada tanggal 09 Desember 2009, pada pukul 14.00 Wita sampai 17.30 Wita.

3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah papan bedah, jarum pentul, toples, alat tulis menulis, dan buku gambar.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Kutu Putih (Pseudococcus sp.) pada daun mangga serta gejala serangannnya pada Daun Mangga (Mangifera indica), larva lalat buah (Dacus sp.) serta gejala serangannya pada buah Cabai (Capsicum annum), Ulat pada Daun Tomat (Helicoverpa armigera) serta gejala serangannya pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum), Ulat Pada Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) serta gejala serangannya pada Tanaman Bawang Merah                         (Allium oscolonicum),  Kutu Putih pada Cabai Keriting (Aphis gossypi) serta gejala serangannya pada Tanaman Cabai (Capsicum annum), Larva Daun Kubis (Plutella xylostella) serta gejala serangannya pada tanaman kubis (Brassica oleracca), Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) serta gejala serangannya pada buah Kakao (Theobroma cacao), Kumbang Kelapa serta Larva Kumbang Kelapa (Oryctes Rhinoceros) dan Belalang Pedang (Sexava sp.)
3.3  Metode Praktek
Metode praktek dari praktikum ini adalah pertama-tama menyiapkan spesimen yang akan diamati lalu memasukkan spesimen ke dalam toples yang telah di isi dengan alkohol 70%. Kemudian meletakkan spesimen yang telah mati ke papan bedah dan ditusuk menggunakan jarum pentul agar spesimen tidak bergeser. Setelah itu menggambar morfologi dari spesimen tersebut. Setelah menggambar spesimen, selanjutnya menggambar gejala serangan yang ditimbulkan oleh masing-masing spesimen.
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Dari pengamatan yang dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
                                                                                                     
                                                                                                     

                                                                                        Ket :
1.    Mata
2.    Tepung Putih yang menyelimuti tubuh




Gambar 42. Morfologi Kutu Putih (Pseudococcus sp.) pada daun mangga (Mangifera indica).

                                                                                                     




                                                                                   Ket :
1.    Kutu Putih
2.    Cairan yang dikeluarkan Kutu Putih.

                                                                                                     



Gambar 43. Gejala serangan Kutu Putih (Pseudococcus sp.) pada Daun Mangga  (Mangifera indica) pada Daun Mangga (Mangifera indica).


                                                                                                     
                                                                                                     

                                                                                                      Ket :
1.      Caput
2.      Thorax
3.      Abdomen





Gambar 44.  Morfologi  Larva Lalat Buah (Dacus sp.) pada Tanaman Cabai (Capsicum annum).
           



                                                                                                      Ket :
Buah Cabai yang busuk







Gambar 45.  Gejala Larva Lalat Buah (Dacus sp.) pada Tanaman Cabai  (Capsicum annum).


                                                                                                     
                                                                                                     

                                                                                                      Ket :
1.      Caput
2.      Thorax
3.      Abdomen





Gambar 46.  Morfologi  Larva pada Buah Tomat (Helicoverpa armigera) pada Buah Tomat (Lycopersicum esculentum).

           



                                                                                                      Ket :
Lubang pada Buah Tomat







Gambar 47. Gejala serangan Larva pada Buah Tomat (Helicoverpa armigera) pada Buah Tomat (Lycopersicum esculentum).


                                                                                                

                                                                                                      Ket :
1.      Caput
2.      Thorax
3.      Abdomen
4.      Kaki
5.      Kaki Thoraksial



Gambar 48.  Morfologi  Larva pada Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) pada Daun Bawang Merah (Allium oscolonicum).

           



                                                                                                      Ket :
Daun yang layu








Gambar 49. Gejala serangan Larva pada Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) pada Daun Bawang Merah (Allium oscolonicum).


                                                                                                     


                                                                                        Ket :
1.        Mata
2.        Tepung Putih yang menyelimuti tubuh





Gambar 50.  Morfologi  Kutu Putih pada Daun Cabai (Aphis gossypii) pada Daun Daun Cabai     (Capsicum annum).





                                                                                                 Ket :
1.    Kutu Putih
2.    Cairan yang dikeluarkan Kutu Putih.



Gambar 51. Gejala serangan Kutu Putih pada Daun Cabai (Aphis gossypii) pada Daun Daun Cabai (Capsicum annum).

                                                                                                     

                                                                                                      Ket :
1.      Caput
2.      Thorax
3.      Abdomen
4.      Kaki
5.      Kaki Thoraksial



Gambar 52. Morfologi  Larva pada Daun Kubis (Plutella xylostella) pada Tanaman Kubis             (Brassica oleracca).

           



                                                                                                      Ket :
Lubang pada Daun







Gambar 53.  Gejala serangan Larva pada Daun Kubis (Plutella xylostella) serta gejala serangannya pada tanaman kubis (Brassica oleracca).

                                                                                                     

                                                                                                      Ket :
1.      Mata
2.      Caput
3.      Thorax
4.      Abdomen
5.      Kaki



Gambar 54. Morfologi  Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) pada Buah Kakao (Theobroma cacao).
           



                                                                                                   Ket :
Biji yang berwarna hitam







Gambar 55.  Gejala Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) pada Buah Kakao   (Theobroma cacao).





                                                                                                  
                                                                                                   Ket :
1.    Caput
2.    Thorax
3.    Abdomen
4.    Kaki
5.    Sayap pelidung
6.    Sayap belakang




Gambar 56. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros).






                                                                                              
                                                                                               Ket :
                                                                                               Daun kelapa yang seperti tergunting






Gambar 57. Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros).









                                                                                                     

                                                                                                     

                                                                                                      Ket :
1.      Caput
2.      Thorax
3.      Abdomen
4.      Kaki





Gambar 58. Morfologi  Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros).
                                                                                                     
                                                                                                      Ket:
1.      Mata
2.      Antena
3.      Mandibula
4.      Caput
5.      Thorax
6.      Abdomen
7.      Sayap depan
8.      Sayap belakang
9.      Tungkai


Gambar 59.  Morfologi Belalang Pedang (Sexava sp.).






                                                                                               Ket :
                                                                                               Daun kelapa yang berlubang






Gambar 60. Gejala Serangan Belalang Pedang (Sexava sp.).











4.2  Pembahasan
Pada pengamatan yang pertama yaitu pada morfologi Kutu Putih (Pseudococcus sp.) pada daun Mangga (Mangifera indica). Ciri-ciri morfologi dari kutu putih ini yaitu mata serta adanya tepung putih yang menyelimuti tubuh. Gejala serangan yang ditimbulkan berupa adanya cairan seperti madu. Cairan ini dihasilkan oleh Kutu Putih (Pseudococcus sp.) pada Daun Mangga (Mangifera indica) sebagai hasil dari proses memakan zat-zat makanan dari daun mangga.
Kutu berbentuk oval, datar, tertutup lapisan tebal seperti lilin, sering hinggap di daun dan menghisap cairan sel daun. Akibat serangan kutu tersebut, pada daun terdapat bercak kuning kotor. Kutu putih ini merusak penampilan buah mangga. Kutu muda hidup dan menghisap cairan kelopak bunga, tunas, atau buah muda. Kutu dewasa mengeluarkan semacam tepung putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Pada fase dewasa, kutu putih mengeluarkan sejenis cairan gula yang biasanya cairan gula tersebut akan didatangi oleh semut hitam (Anonim, 2008).
Pengamatan selanjutnya yaitu morfologi  Larva Lalat Buah (Dacus sp.) pada Tanaman Cabai  (Capsicum annum). Ciri-ciri morfologi dari Larva Lalat Buah (Dacus sp.) yaitu caput, thorax dan abdomen. Sedangkan gejala serangan yang ditimbulkan Larva Lalat Buah (Dacus sp.) pada Tanaman Cabai  (Capsicum annum) yaitu buah cabai yang berwarna hitam dan membusuk.
Gejala serangan Lalat Buah (Dacus sp.) ditandai dengan adanya bintik hitam kecil dipangkal buah. Setelah menetas, larva (belatung) hidup di dalam buah sampai busuk dan buah rontok, kalau dibelah, tampaklah biji cabai yang hitam. Biasanya juga ada belatung. Sang belatung akan melenting ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda. Lalat sayapnya transparan dengan corak dekat tepian sayap terdapat pita yang berwarna hitam (Lahmudin, 2003).
Pengamatan selanjutnya yaitu morfologi Larva pada Buah Tomat (Helicoverpa armigera) pada Buah Tomat (Lycopersicum esculentum). Ciri morfologi dari hama ini yaitu caput, thorax dan abdomen. Sedangkan gejala serangan yang ditimbulkan Larva pada Buah Tomat (Helicoverpa armigera) pada Buah Tomat (Lycopersicum esculentum) yaitu buah yang membusuk dan terdapat lubang pada buah tomat.
Ciri-ciri dari larva Helicoverpa armigera panjang ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah. Warna ulat bervariasi dari hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada badan ulat bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda. Pada tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu (Anonim, 2008).
Larva Helicoverpa armigera ini menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang pada buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada umumnya terkena infeksi sehingga buah menjadi busuk lunak. (Anonim, 2008).
Pengamatan selanjutnya yaitu morfologi Larva pada Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) pada Daun Bawang Merah (Allium oscolonicum). Ciri morfologinya yaitu caput, thorax, abdomen, kaki dan kaki thoraksial. Serta gejala serangan yang ditimbulkan Larva pada Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) pada Daun Bawang Merah (Allium oscolonicum) berupa daun bawang yang layu.
Larva berbentuk bulat panjang dengan ukuran instar akhir antara 2,5-3,0 cm, memiliki variasi warna yang sangat banyak (polimorfisme) dari berwarna hijau sampai hitam pekat, dengan cirri khas berupa garis memanjang (longitudinal stripes). Pupanya berwarna coklat terang atau coklat gelap berada di dalam tanah di bawah tanaman yang terserang (Samsudin, 2008).
Ulat Spodoptera exigua memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir dan dilapisi benang-benang putih seperti kapas (Aries, 2009).
Kemudian pengamatan pada morfologi Kutu Putih (Aphis gossypii) pada Daun Cabai (Capsicum annum). Ciri-ciri morfologi dari kutu putih ini yaitu mata serta adanya tepung putih yang menyelimuti tubuh. Gejala serangan yang ditimbulkan Kutu Putih (Aphis gossypii) pada Daun Cabai (Capsicum annum) yaitu berupa adanya cairan seperti madu.
Kutu Putih (Aphis gossypii) berkembangbiak dengan cara melahirkan anaknya, karena memang serangga ini partenogenesis, yaitu sel telur dapat menjadi individu baru tanpa dibuahi. Setiap kutu dewasa dapat melahirkan anak sampai 50 perminggu. Nimfa yang baru dilahirkan akan menjadi dewasa setelah berumur enam hari dan seterusnya ia bisa melahirkan turunannya. Bagian tanaman yang diserang biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Serangga ini akan menggerombol disitu, sehingga ia mampu menutupi bagian pucuk tanaman. Daun yang diserang akan mengerut, pucuk mengeriting dan melingkar sehingga pertumbuhan tanaman terganggu.
Tanaman yang terserang Aphis gossypii, daunnya akan mengeriting karena cairan dalam daun dihisap oleh hama ini. Pada serangan hebat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman mengerdil. Hama ini juga merupakan vektor (pembawa) penyakit virus. Hama dapat mengeluarkan kotoran "embun madu', sehingga kadang pada tanaman yang terdapat banyak kutu ini akan ditemui semut-semut yang akan memanfaatkan kotorannya. Embun madu yang dapat menjadi media tumbuhnya jamur jelaga yang dapat menutupi daun dalam proses fotosintesa (Anonim, 2008).
Pengamatan yang selanjutnya yaitu pada ciri morfologi Larva pada Daun Kubis (Plutella xylostella) pada Tanaman Kubis (Brassica oleracca). Ciri morfologinya yaitu caput, thorax, abdomen, kaki dan kaki thoraksial. Sedangkan gejala serangannya daun Kubis (Brassica oleracca) berupa daun kubis yang berlubang.
Ukuran larva Plutella xylostella kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Larva Plutella xylostella memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang (Lubis, 2004).
Kemudian pengamatan pada morfologi Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) pada Buah Kakao (Theobroma cacao). Ciri morfologinya antara lain mata, caput, thorax, abdomen dan kaki. Sedanglan gejala serangannya pada Buah Kakao (Theobroma cacao) berupa biji buah kakao yang hitam dan kering.
Hama ini biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao. Setelah telur menetas dan menjadi larva. Larva inilah yang menjadi biang kerusakan pada buah coklat karena dia akan segera membuat lubang ke dalam buah setelah menetas. Perilaku ini dimaksudkan agar terhindar dari pemangsa (predator). Larva yang masuk ke dalam buah akan tinggal pada biji atau plasenta (saluran makanan) (Hase, 2008).
 Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi (Anonim, 2008).
Pengamatan berikutnya yaitu morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros). Dengan ciri morfologi caput, thorax, abdomen, kaki sayap pelidung dan sayap belakang. Sedangkan gejala serangan yang ditimbulkan berupa daun kelapa yang seperti tergunting.
Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala. Pada bagian atas berwarna hitam mengkilat, bagian bawah coklat merah tua. Panjangnya 3-5 cm. Tanduk kumbang jantan lebih panjang dari tanduk betina. Pada kumbang betina terdapat bulu yang tumbuh pada ujung abdomennya, sedangkan pada kumbang jantan bulu-bulu tersebut hampir tidak ditemukan. Oryctes rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa. Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Kumbang dewasa terbang ke pucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat, kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun mudah yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka (Rio, 2009).
Pada pengamatan berikutnya yaitu morfologi Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros). Dengan ciri-ciri berupa morfologi caput, thorax, abdomen dan kaki.
Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rynoceros) yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva dewasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan, bahkan adapula yang mencapai 2-4 bulan lamanya. Stadium larva terdiri dari 3 instar yaitu instar I selama 11-21 hari, instar II selama 12-21 hari dan instar III selama 60-165 hari (Rio, 2009).
Kemudian pengamatan pada morfologi Belalang Pedang (Sexava sp.). Ciri-ciri morfologi dari hama ini yaitu mata, antena, mandibula, caput, thorax, abdomen, sayap depan, sayap belakang dan tungkai.
Imago Belalang Pedang (Sexava sp.) berwarna hijau, antena merah muda dan matanya abu-abu. Bentuknya hampir sama dengan S. coriacea. Alat peletak telur (ovipositor) berwarna hijau pada bagian pangkalnya yaitu sepertiga dari panjang ovipositor, sepertiga lagi berwarna kemerahan dan bagian ujungnya berwarna hitam. Panjang imago betina (kepala+badan+ovipositor) antara 9,5–10,5 cm. Panjang ovipositor 3–4,5 cm dan panjang antena 16 cm. Panjang imago jantan 6–9,5 cm dan antenanya 14-16 cm (Anonim, 2007).
V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.    Serangga memiliki tiga bagian tubuh yang utama yaitu kepala (Caput), dada (Thorax), dan perut (Abdomen).
2.    Hama Tanaman Hortikultura dan Perkebunan merupakan hama yang menyerang tanaman Hortikultura dan Perkebunan baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga menimbulkan kerugian ekonomis bagi manusia.
3.    Hortikultura merupakan budidaya tanaman setahun atau semusim seperti tanaman sayuran, tanaman buah dan tanaman hias. Sedangkan Perkebunan merupakan budidaya tanaman tahunan yang dapat dipanen berkali-kali seperti cengkeh, jeruk dan sebagainya.
5.2  Saran
Saran saya sebagai praktikan yaitu bahan yang akan digunakan sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu, agar praktikan dapat lebih menguasai materi yang akan dipraktekkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Belalang Pedang (Sexava sp.). http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=16176. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
______, 2008. Kutu Putih. http://blog.unila.ac.id/ebblog/category/penyakit-mangga/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
______, 2008. Ulat Buah Tomat. http://ikamaja.bbpp-lembang.info/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

______, 2008. Kutu Daun. http://www.indonesiachili.com/pest.htm.  Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

______, 2008. Hama Tanaman Kakao dan Pengendaliannya. http ://pink2012. wordpress. com/ category/ penyakit - buah - kakao/.  Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

______, 2008. Teknologi Baru Pengendalian Hama Sexava dengan Perangkap Tipe Balitka MLA. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

______, 2009. Penghambatan Aktivitas Makan Ulat Daun Kubis (Plutella Xylostella) oleh Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata). http://pustakailmiah.unila.ac.id/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

Aries, 2009. Budidaya Cabe. http://sawahku-masadepanku.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

____, 2009.  Bawang Merah. http://sawahku-masadepanku.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.


Aripin, K., Lubis L. 2003. Teknik Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) di Dataran Rendah. http://library.usu.ac.id/download/fp/hpt-kasmal2.pdf. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

Deasy, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Cabe. http://deasyirzayanti.blog.com/2008/10/10/hama-dan-penyakit-tanaman-cabe/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

Hase B., 2008. Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dan Metoda Pengendaliannya. http://www.tanindo.com/abdi12/hal0801.htm. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

Hutapea, 2007. Analisis Pemberdayaan Petani Dalam Pengendalian Hama Sexava dan Pokok Pemikiran Internalisasi Teknologi Prima Tani Di Kepulauan Talaud. http://sulteng.litbang.deptan.go.id/ind/images /stories/ bptp/Prosidin g%2007/5-25.pdf . Diakses pada tanggal 12 Desember 2009

Lubis L., 2004. Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kubis (Brassica oleracca) dan Kentang (Solanum tuberosum). http://library.usu.ac.id/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

Nasution, S., R., dkk. 2007. Inventarisasi dan Studi Korelasi Populasi Kutu Tanaman dan Semut pada Berbagai Jenis Tanaman Mangga. http://fp.unila.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=99&Itemid=256. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

Rio, 2009. Kumbang Kelapa (Oryctes rhinocherus L.). http://riostones.blogspot.com/2009/08/kumbang-kelapa-oryctes-rhinocherus-l.html. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

Samsudin, 2008. Mengenal Spodoptera Exigua. http://www.pertaniansehat.or.id/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

1 komentar: