Powered By Blogger

Jumat, 17 Desember 2010

Pengamatan Hewan


I.  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Berdasarkan jumlah sel di dalam tubuh makhluk hidup terbagi dalam dua kelompok, yaitu makhluk hidup bersel tunggal (uniseluler) dan makhluk hidup bersel banyak (multiseluler). Untuk memahami hewan bersel banyak, perlu dipelajari terutama hewan vertebrata dan hewan invertebrata. Hewan vertebrata adalah hewan bertulang belakang, sedangkan hewan invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Hewan vertebrata terbagi atas beberapa kelas diantaranya adalah aves, reptil, pices, amphibi dan mamalia.
Amfibi merupakan kelompok vertebrata pionir yang hidup di air dan hidup di darat.  Salah satu contoh hewan jenis ini adalah katak.  Katak tidak mempunyai leher dan ekor, pada tingkat kecebong hidup dalam air dan bernafas dengan insang, setelah dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.  Kelas amfibi merupakan hewan yang sering digunakan dalam bidang pendidikan  untuk penilitian, karena struktur katak hampir sama dengan vertebrata tingkat tinggi lainnya.  Selain amfibi katak juga termaksud hewan salamender, habitat hewan ini terbagi dua yaitu di darat dan di laut (Supeni, 1996).
Katak hijau (Rana cancrivora) merupakan jenis katak yang mudah didapatkan dan tidak berbahaya (tidak beracun), selain itu hewan ini mempunyai sistem pencernaan dan reproduksi yang lengkap sehingga dapat mewakili hewan vertebrata lain, termasuk manusia. Oleh karena itu, katak hiaju digunakan dalam praktikum Pengamatan Hewan.

1. 2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan umum praktikum pengamatan hewan yaitu agar praktikan dapat memahami struktur morfologi, anatomi dan histologi dari sistem organ pada hewan.
Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk menambah wawasan praktikan tentang struktur morfologi dan anatomi dari sistem pencernaan dan sistem reproduksi pada hewan, khususnya pada katak sawah (Rana cancrivora).

















II.  METODE PRAKTEK
2.1  Tempat dan Waktu
Praktikum Biologi tentang Pengamatan Hewan ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Pada hari Kamis tanggal 4 Desember 2008 pada pukul 13.30 – 17.00 WITA.
2.2  Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu katak hijau                  (Rana cancrivora) dan alkohol 70% (bahan pembius).
Alat yang digunakan yaitu papan bedah ukuran 20x20 cm, jarum pentul, silet atau cutter, pinset, stoples dan tutupnya (wadah untuk katak).

2.3  Cara Kerja
Pada pengamatan pertama yaitu pengamatan morfologi. Langkah pertama yang mengambil seekor katak hijau (Rana cancrivora), lalu memasukkannya ke dalam stoples yang sudah berisi alkohol.  Setelah itu membiarkan beberapa saat. Setelah katak pingsan, kemudian meletakkan katak tersebut di atas papan bedah dalam keadaan tertelungkup.  Selanjutnya mengamati serta menggambar bagian-bagian dari struktur morfologi katak dan memberikan keterangan dari ekstremitas anterior dan ekstremitas posterior.
Pada pengamatan kedua yaitu pengamatan sistem reproduksi. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengamati bagian-bagian dari sistem reproduksi katak hijau (Rana cacrivora), baik sistem reproduksi katak jantan maupun betina. Selanjutnya mengamati dan menggambarkan sistem reproduksi tersebut beserta keterangan.
Pengamatan terakhir yaitu pengamatan sistem pencernaan. Langkah yang pertama adalah membalikkan tubuh katak sehingga posisinya menjadi terlentang, kemudian melakukan pembedahan dengan menggunakan silet atau cutter secara hati-hati. Pembedahan yang dilakukan yaitu mulai dari bawah tulang dada hingga ujung bagian kloaka, kemudian melakukan pembedahan secara menyamping di bagian sebelah kanan dan kiri tubuh katak. Selanjutnya mengangkat organ-organ yang bukan termasuk dari sistem pencernaan. Setelah itu mengamati dan menggambarkan bagian-bagian dari sistem pencernaan katak hijau                 (Rana cancrivora) dan memberikan keterangannya.













III  HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam praktikum, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

 

Objek : Morfologi hewan









Kepala (Caput)
Jari tangan (Digiti)
Lengan bawah (Brachium)
Lengan atas (Antebrachium)
Telapak tangan (Manus)
Perut (Abdomen)
Punggung (Dorsum)
Paha (Femur)
Betis (Crus)
Kaki (Pes)
Jari kaki (Digiti)



 

Gambar 29.  Struktur morfologi katak sawah (Rana cancrivora) dalam keadaan normal

Objek : Anatomi hewan


Jantung
Hati
Lambung
Usus besar
Usus halus


 

Gambar 30.  Struktur Anatomi katak sawah (Rana cancrivora) dalam keadaan terbalik dan terlentang


Objek : Sistem reproduksi hewan


                                                                                       

                                                                                        Testis



 

Gambar 31.  Sistem Reproduksi katak sawah (Rana cancrivora) jantan setelah dilakukan pembedahan


 

Objek : Sistem reproduksi hewan




                                                                                       Sel telur (Ovum)




 

Gambar 32.  Sistem Reproduksi katak sawah (Rana cancrivora) betina setelah dilakukan pembedahan

Objek : Sistem pencernaan hewan





                                                                              Kerongkongan (Esofagus)
                                                                              Lambung (Ventriculus)
                                                                              Usus Halus (Intestinum tenue)
                                                                              Usus 12 Jari (Duodenum)
                                                                              Rektum
                                                                              Kloaka




 

Gambar 33.  Sistem Pencernaan katak sawah (Rana cancrivora) setelah dilakukan pembedahan























3.2  Pembahasan
Klasifikasi dari katak hijau (Rana cancrivora) yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Kingdom               :  Animalia
Subkingdom          :  Metazoa
Filum                     :  Chordata
Subfilum                :  Vertebrata
Super class             :  Amphibia
Ordo                      :  Anura
Famili                     :  Ranidae
Genus                    :  Rana
Spesies                   :  Rana cancrivora
Hasil yang diperoleh dari pengamatan morfologi katak hijau                    (Rana cancrivora), bahwa struktur morfologi katak terdiri dari kepala (Caput), lubang hidung (Nares eksternal), mata (Cavum oris), telinga (Membran tympani),       Ekstremitas anterior : lengan atas (antebrakchium), lengan bawah (brakchium), jari (Digiti), punggung (Dorsum), Perut (Abdomen), sedangkan Ekstremitas posterior : paha (Femur), betis (Crus), kaki (Pes) dan selaput antar jari (Membran).
Menurut Susanto (1993), morfologi katak sawah (Rana cancrivora) tediri dari Mata (Cavum oris), Kepala (Caput), Lubang Hidung (Nares eksternal), Gendang Telinga (Membran tympani), Tungkai Depan (Ekstremitas anterior), Perut (Abdomen), Tungkai Belakang (Ekstremitas posterior) dan kloaka.  Selain itu juga terdapat selaput diantara jari-jari kaki yang berfungsi membantu katak berenang di air sehingga katak dapat hidup di darat dan di air (Susanto, 1993).
Pada pengamatan sistem pencernaan diperoleh hasil bahwa sistem pencernaan katak hijau (Rana cancrivora) terdiri dari mulut, kerongkongan (Esofagus), lambung (Ventriculus), usus halus (Intestinum tenue) yang juga terdiri dari tiga saluran yaitu usus dua belas jari (Duodenum), usus kosong (Jejunum) dan penyerapan (Ileum).  Kemudian dilanjutkan pada usus besar (Intestinum crasum) atau yang biasa di sebut Colon dan terakhir bermuara di kloaka.
Menurut Saktiono (1989), yang menyatakan bahwa saluran pencernaan pada katak hijau (Rana cancrivora) dimulai dari rongga mulut, dan pelepasan terakhir di kloaka.  Setelah makanan masuk melalui mulut yang terdapat gigi pada rahang atas langit-langit yang berbentuk kerucut, dan lidah yang bercabang dua dimana fungsinya sebagai alat penangkap mangsa, lalu dengan bantuan gigi dan kelenjar air ludah kemudian makanan masuk ke kerongkongan (Esofagus) yang merupakan saluran pendek yang dilalui makanan untuk menuju ke lambung (Ventriculus), dimana lambung (Ventriculus) tersebut hanya berupa kantung yang tergantung dan dapat menjadi besar apabila terisi makanan.  Setelah itu, sari-sari makanan yang telah halus diserap oleh dinding usus halus (Intestinum tenue) yang banyak mengandung pembuluh kapiler darah.  Sedangkan usus ini berakhir di kloaka yang berfungsi sebagai alat ekskresi, tetapi sebelum dikeluarkan melalui kloaka, kotoran sisa makanan ditampung di dalam rektum.
Pada pengamatan sistem reproduksi katak hijau (Rana cancrivora) jantan memiliki sepasang testis yang berfungsi menghasilkan sperma. Sperma yang dihasilkan oleh testis dikeluarkan melalui saluran sperma dan bersama urine keluar melalui kloaka.  Kloaka merupakan suatu muara dari tiga saluran yaitu pencernaan, saluran kelamin (Reproduksi), dan pengeluaran (Ekskresi).
Katak hijau (Rana cancrivora) jantan memiliki sistem reproduksi sebagai berikut: badan lemak, testis, vas aferen, uterus, kantong sperma, kantong kemih, ginjal, dan kloaka (Soepomo, 1997).
Sedangkan sistem reproduksi pada katak hijau (Rana cancrivora) betina yaitu berupa sel telur, ovarium, uterus, ureter, ginjal, oviduk, kantong kemih dan kloaka.  Ovarium pada katak betina berfungsi menghasilkan sel telur (Ovum), sel telur tersebut dikeluarkan menuju oviduk dan selanjutnya keluar melalui kloaka.
Sistem reproduksi katak hijau (Rana cancrivora) betina berupa: sel telur, ovarium, ginjal, uterus, ureter, kantong kemih, oviduk, dan kloaka.  Ketika melakukan reproduksi di dalam air, katak betina yang memiliki ukuran lebih besar dirangkul oleh pejantan (Amin,1990).
Selain itu diketahui bahwa katak betina memiliki sepasang ovarium yang mengeluarkan telur. Apabila telur sudah masak, katak betina menuju ke air kemudian katak jantan datang dan menaiki punggung katak betina.  Selanjutnya katak betina mengeluarkan telur ke dalam air dan bersamaan dengan itu katak jantan mengeluarkan spermanya.
Telur yang sudah dibuahi menyerap air sehingga membesar kemudian berkembang menjadi embrio.  Embrio mendapat makanan dari kuning telur, kurang lebih seminggu setelah pembuahan embrio berkembang menjadi berudu. Selanjutnya katak berkembang terus megalami perubahan yang disebut dengan metamorfosis (Soepomo, 1997).

IV  KESIMPULAN DAN SARAN
4.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.        Morfologi katak hijau (Rana cancrivora) terdiri dari kepala (Caput), lubang hidung (Nares eksternal), mata (Cavum oris), telinga (Membran tympani), Ekstremitas anterior : lengan atas (Antebrakchium), lengan bawah (Brakchium), jari (Digiti), punggung (Dorsum), perut (Abdomen), dan Ekstremitas posterior : paha (Femur), betis (Crus), kaki (Pes) dan selaput antar jari (Membran).
2.        Sistem pencernaan katak hijau (Rana cancrivora) terdiri dari mulut, kerongkongan (Esofagus), lambung (Ventriculus), usus halus (Intestinum tenue), usus besar (Intestinum crasum) atau yang biasa di sebut Colon dan kloaka.
3.        Perbedaan sistem reproduksi katak hijau (Rana cancrivora) jantan dan betina yaitu pada katak jantan memiliki testis dan kantong sperma yang tidak dimiliki oleh katak betina, sama halnya dengan ovarium dan sel telur yang hanya dimiliki oleh katak betina.

4.2  Saran
Saran saya sebagai praktikan yaitu agar sebaiknya para asisten juga harus menggunakan baju praktek pada saat pelaksanaan praktikum, atau paling tidak tata tertib praktikan juga dapat diberlakukan bagi para asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M.  , 1990.  Diktat Asistensi Anatomi Hewan.  Balai Pustaka, Jakarta.

Saktiono, 1989.  Biologi Umum.  Erlangga, Jakarta.

Soepomo, 1997.  Zoologi.  Erlangga, Jakarta.

Supeni, 1996.  Biologi.  Erlangga, Jakarta.

Susanto, 1993.  Budidaya Kodok Unggul.  Penebar Swadaya, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar